NPM : 24113641
KELAS : 1KB08
BAB
II
MANUSIA
DAN KEBUDAYAAN
v
Manusia
Manusia
adalah makhluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang
tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan,
perkembangan, mati, dan seterusnya, serta terkait dan berinteraksi dengan alam
dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik positif maupun negatif.
Manusia adalah makhluk yang terbukti berteknologi tinggi. Ini karena manusia memiliki perbandingan massa otak dengan massa tubuh terbesar diantara semua makhluk yang ada di bumi. Walaupun ini bukanlah pengukuran yang mutlak, namun perbandingan massa otak dengan tubuh manusia memang memberikan petunjuk dari segi intelektual relatif.
Manusia atau orang dapat diartikan dari sudut pandang yang berbeda-beda, baik itu menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai homo sapiens (bahasa latin untuk manusia) yang merupakan sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Manusia adalah makhluk yang terbukti berteknologi tinggi. Ini karena manusia memiliki perbandingan massa otak dengan massa tubuh terbesar diantara semua makhluk yang ada di bumi. Walaupun ini bukanlah pengukuran yang mutlak, namun perbandingan massa otak dengan tubuh manusia memang memberikan petunjuk dari segi intelektual relatif.
Manusia atau orang dapat diartikan dari sudut pandang yang berbeda-beda, baik itu menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai homo sapiens (bahasa latin untuk manusia) yang merupakan sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Manusia juga sebagai mahkluk individu memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa yang menurutnya baik dan sesuai dengan tindakan-tindakan yang akan diambil. Manusia pun berlaku sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.
Manusia di alam dunia ini memegang
peranan yang unik. Dan dapat di pandang dari banyak segi. Dalam ilmu eksakta,
manusia dipandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk
jaringan-jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia (ilmu kimia). Manusia
merupakan kumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling terkait satu sama
lain dan merupakan kumpulan dari energy (ilmu fisika). Manusia merupakan
mahkluk biologis yang tergolong dalam golongan mahkluk mamalia (biologi). Dalam
ilmu-ilmu sosial manusia merupakan mahkluk yang ingin memperoleh keuntungan
atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan, sering disebut homo economicus
(ilmu ekonomi). Manusia merupakan mahkluk sosial yang tidak dapat berdiri
sendiri(sosiologi).mahkluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik),
mahkluk yang berbudaya, sering disebut homo-humanus (filsafat) dan lain
sebagainya.
Ada dua pandangan yang akan kita
jadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsure-unsur yang membangun manusia :
1) Manusia terdiri dari empat unsur yang
saling terkait, yaitu :
a. Jasad, yaitu :
badan kasar manusia yang Nampak pada luarnya, dapat diraba dan difoto, dan
menempati ruang dan waktu
b. Hayat, yaitu :
mengandung unsur hidup, yang ditandai dengan gerak
c. Ruh, yaitu
: bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang
bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran, suatu kemampuan pencipta yang
bersifat konseptual yang jadi pusat lahirnya kebudayaan
d. Nafs, yaitu
: kesadaran tentang diri sendiri
2) Manusia sebagai satu kepribadian
mengandung tiga unsur, yaitu :
a. Id, yang merupakan struktur
kepribaadian yang paling primitif dan paling tidak nampak. Id merupakan
libido murni, atau energy psikis yang menunjukan cirri alami yang irrasional
dan terkait dengan sex, yang secara instingtual menentukan proses-proses
ketidaksadaran (unconcius). Id tidak berhubungan dengan lingkungan luar diri,
tetapi terkait dengan struktur lain kepribadian yang pada gilirannya menjadi
mediator antara insting Id dengan dunia luar.
b. Ego, merupakan bagian atau struktur
kepribadian yang pertama kali di bedakan dari Id, sering kali disebut sebagai
kepribadian “eksekutif” karena perannya dalam menghubungkan energy Id kedalam
saluran sosial yng dapat dimengerti oleh oaring lain. Perkembangan ego terjadi
antara usia satu dan dua tahun, pada saat anak secara nyata berhubungan dengan
lingkungannya. Ego diatur oleh prinsip realitas, ego sadar akan tuntunan
lingkungan luar, dan mengatur tingkah lau sehingga dorongan instingtual Id
dapat dipuaskan dengan cara yang dapat diterima.
c. Superego, meruoakan struktur
kepribadian yang paling akhir, muncul kira-kira pada usia 5 tahun. Dibandingan
dengan Id dan Ego, yang berkembang secara internal dalam diri individu,
superego terbentuk dari lingkungan eksternal. Jadi superego merupakan kesatuan
standar-standar moral yang diterima oleh ego dari sejumlah agen yang mempunyai
otoritas di dalam lingkungan luar diri.
v
Hakekat
Manusia
a. Mahkluk ciptaan Tuhan yang terdiri
dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
Tumbuh adalah materi yang dapat
dilihat, diraba, dirasa, wujudnya konkrit tetapi tidak abadi. Jika manusia itu
meninggal, tubunhnya hancur dan lenyap. Jiwa terdapat di dalam tubuh, tidak
dapat dilihat,tidak dapat diraba, sifatnya abstrak tetapi abadi, jika manusia
meninggal jiwanya lepas dari tubuh dan kembali keasalnya yaitu Tuhan, dan jiwa
tidak mengalami kehancuran. Jiwa adalah roh yang ada di dalam tubuh manusia
sebagai peenggerak dan sumber kehidupan.
b. Mahkluk ciptaan Tuhan yang paling
sempurna, jika dibandingkan dengan mahkluk lainnya.
Kesempurnaan terletak pada abad
dankebudayaannya, karena manusia dilengkapi oleh penciptannya dengan akal,
perasaan, dan kehendak yang terdapat dalam jiwa manusia. Dengan akal (ratio)
manusia mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adanya nilai baik dan
buruk, mengharuskan manusia dan mempertimbangkan, menilai dan
berkehendakmenciptakan kebenaran, keindahan, kebaikan atau sebaliknya.
Selanjutnya dengan adanya perasaan, manusia mampu menciptakan kesenian.
Perasaan rohani adalah perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia misalnya
:
1) Perasaan intelektual, yaitu perasaan
yang berkenan dengan pengetahuan.
2) Perasaan estetis, yaitu perasaan
yang berkenan dengan keindahan
3) Perasaan etis, yaitu perasaan yang
berkenan dengan kebaikan
4) Perasaan diri, yaitu perasaan yang
berkeknan dengan harga diri karena ada kelebihan dari yang lain
5) Perasaan sosial, yaitu perasaan yang
berkenan dengan kelompok atau korp atau hidup bermasyarakat, ikut merasakan
kehidupan orang lain
6) Perasaan religius, yaitu perasaan
yang berkenan dengan agama atau kepercayaan
c. Mahkluk biokultural, yaitu mahkluk
hayati dan budayawi
Manusia adalah produk dari saling
tindak atu interaksi faktor-faktor hayati dan budayawi. Swebagai mahkluk
hayati, manusia dapat dipelajari dari segi-segi anatomi, fisiologi atau faal,
biokimia, psikobiologi, patalogi, genetika, biodemografi, evolusi biologisnya,
dan kemasyarakatannya, kekerabatan, psikologi sosial, kesenian, ekonomi,
perkakas,bahasa, dan sebagainya.
Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah
makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu
yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan
kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia
berbudaya .
Manusia memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari makhluk
lainnya, manusia juga memiliki akal yang dapat memperhitungkan tindakannya
melalui proses belajar yang terus-menerus. Oleh karena itu manusia harus
bersosialisasi dengan lingkungan, yang merupakan pendidikan awal dalam suatu
interaksi sosial. Hal ini menjadikan manusia harus memiliki ilmu
pengetahuan yang berlandaskan ketuhanan. Karena dengan ilmu tersebut
manusia dapat membedakan antara yang hak dengan yang bukan hak, antara
kewajiban dan yang bukan kewajiban. Sehingga norma-norma dalam lingkungan
berjalan dengan harmonis dan seimbang. Agar hasil dari pendidikan, yakni
kebudayaan dapat diimplementasikan dimasyaakat.
Pendidikan sebagai hasil kebudayaan haruslah dipandang
sebagai motivator terwujudnya budaya yang tinggi. Selain itu pendidikan
haruslah memberikan kontribusi terhadap kebudayaan, agar kebudayaan yang dihasilkan
memberi nilai manfaat bagi manusia itu sendiri khususnya maupun bagi bangsa
pada umumnya.
v Kepribadian Bangsa Timur
Kepribadian
Bangsa Timur merupakan suatu karakter yang mencerminkan masyarakat yang
menganut budaya dari Timur (Asia & Timur-Tengah), yang menunjukkan
ke-khasan dan pola pikir dan kebiasaan yang terdapat di daerah Timur.
Kepribadian bangsa timur pada umumnya merupakan kepribadian yang mempunyai
sifat tepo seliro atau memiliki sifat toleransi yang tinggi. Dalam berdemokrasi
bangsa timur umumnya aktif dalam mengutarakan aspirasi rakyat. Seperti di
negara Korea, dalam berdemokrasi mereka duduk sambil memegang poster protes dan
di negara Thailand, mereka berdemokrasi dengan tertib dan damai. Kepribadian
bangsa timur juga identik dengan tutur kata yang lemah lembut dan sopan dalam
bergaul maupun dalam berpakaian. Terdapat ciri khas dalam berbagai negara yang
mencerminkan negara tersebut memiliki suatu kepribadian yang unik. Misalnya
masyarakat Indonesia khususnya daerah Jawa. Sebagian besar mereka bertutur kata
dengan lembut dan sopan. Dan terdapat beberapa aturan atau larangan yang tidak
boleh dilakukan menurut versi orang dulu yang sebenarnya menurut orang Jawa itu
suatu nasihat yang membangun. Misalnya tidak boleh duduk di depan pintu. Hal
tersebut merupakan ciri khas kepribadian yang unik. Bangsa timur juga memiliki
kebudayaan yang masih kental dari negara atau daerah masing-masing. Masih ada
adat-adat atau upacara tertentu yang masih dilaksanakan oleh bangsa timur.
Misalnya bangsa Indonesia masih banyak yang melaksanakan upacara-upacara adat
dan tarian khas dari masing-masing daerah. Contohnya daerah Bali yang masih
melaksanakan tarian khas daerahnya yaitu tarian pendet, kecak, tarian barong.
v Pengertian Kebudayaan
kata
Kebudayaan berasal darikata kultur yang dalam kata Latin adalah cultura (kata
kerjanya, colo,colore) dan artinya memelihara atau mengerjakan, mengolah.
Pengertianini berkembang menjelang abad 18 melalui karangan Herder
tentangsejarah semesta, Ideen zur Geschichte der Menscheit, dan
terutamakarangan Klem berjudul Allgemeine Culturgesschichte der Menscheit.Dalam
analisa kedua tokoh ini perkataan kultur atau kebudayaan dalamarti yang modern
mendapat arti tingkat kemajuan, yaitu tingkat pengerjaanatau pengolahan yang
dicapai manusia pada suatu ketika dalam perjalanansejarah.Lebih jauh
Alisjahbana menyebutkan bahwa terdapat 7 (tujuh)penggolongan defenisi
kebudayaan, yakni pertama menekankankenyataan, bahwa kebudayaan itu adalah
suatu keseluruhan yangkompleks, yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda
seperti pengetahuan,kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan segala
kecakapan yanglain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kedua,menekankan sejarah kebudayaan, yang memandang kebudayaan sebagaiwarisan
sosial atau tradisi. Ketiga, menekankan segi kebudayaan yangnormatif, yakni
kebudayaan sebagai cara, aturan dan jalan hidup manusia. Disini juga ditekankan
cita-cita, nilai-nilai dan kelakukan. Keempat,pendekatan secara Psikologi,
kebudayaan sebagai penyesuaian manusiakepada sekitarnya. Dalam hal ini, Summer
dan Keller yang menekankanpenyesuaian manusia pada keadaan dan syarat-syarat
hidupnya.Sedangkan Kroeber dan Kluckhohn menekankan usaha belajar danpembiasaan
serta defenisi yang bersifat psikologi murni yang dirumuskandalam istilah
psiko-analisis dan psikologi sosial. Kelima, menekankan halhalyang bersifat
struktur yang membicarakan pola-pola dan organisasikebudayaan. Keenam,
kebudayaan dipahami sebagai hasil perbuatan ataukecerdasan manusia. Grover
merumuskan kebudayaan sebagai hasilpergaulan atau perkumpulan manusia. Dalam
hal ini juga ditekankanpikiran-pikiran dan lambang-lambang. Ketujuh merupakan
defenisidefenisiyang tidak lengkap dan tidak bersistem.Alisjahbana maupun
Koentjaraningrat mengakui bahwa banyaksekali defenisi-defenisi kebudayaan yang
mengacu pada suatu disiplinilmu tertentu, bukan saja antropologi, tetapi juga
sosiologi, filsafat, sejarahmaupun kesusasteraan. Berdasarkan ilmu Antroplogi,
Koentjaraningratmendefenisikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan,
tindakandan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yangdijadikan
milik diri manusia dengan belajar.
Kebudayaan
culture, dalam kata Sanskerta adalah buddhayah, dalambentuk jamak dari buddhi
yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan dapat diartikan
hal-hal yang bersangkutan dengan akal, ataudaya dari budi. Zoetmulder juga
melihat kodrat manusia dengan akalbudinya merupakan titik tolak
kebudayaan.Selanjutnya, Soerjanto Poespowardojo dalam memaknai
kebudayaanmenegaskan bahwa:Kebudayaan adalah identitas suatu bangsa. Dengan
demikian,jelaslah bahwa kebudayaan bukan sekedar pakaian, melainkanhidup yang
memolakan setiap sikap dan perbuatan berdasarkannilai yang dihayati. Kebudayaan
di satu pihak adalah ciptaanpribadi-pribadi manusia, namun juga merupakan
ciptaan seluruhmasyarakat, karena seseorang tidak mungkin menciptakan
karyabudayanya tanpa pengaruh dan pembentukan dari masyarakat,dimana dia
dibesarkan. Maka, kebudayaan adalah keseluruhanwarisan yang dilanjutkan dari
generasi yang satu ke generasiseterusnya.Stephen K. Sanderson tidak melihat
kebudayaan sebagai pewarisansecara biologis, tetapi ”kebudayaan sebagai
keseluruhan karakteristik paraanggota sebuah masyarakat, termasuk peralatan,
pengetahuan, dan caraberpikir dan cara bertindak yang telah terpolakan, yang
dipelajari dandisebarkan serta bukan merupakan hasil dari pewarisan
biologis.Sanderson membagi empat karakteristik utama kebudayaan,
pertama,kebudayaan mendasarkan diri pada simbol. Simbol sangat esensial
bagikebudayaan, karena ia merupakan mekanisme yang diperlukan untukmenyimpan
dan mentransmisikan sejumlah besar informasi yangmembentuk kebudayaan. Kedua,
kebudayaan itu dipelajari dan tidaktergantung kepada pewarisan biologis dalam transmisinya.
Ketiga,kebudayaan adalah sistem yang dipikul bersama oleh anggota suatu
masyarakat, yakni, ia merupakan representasi dari para anggotamasyarakat yang
dipandang secara kolektif daripada individual.
v Unsur-Unsur
Kebudayaan
Unsur
Kebudayaan adalah istilah lain dari komponen-komponen pokok yang
menjadi pembentuk suatu kebudayaan.Apakah kebudayaan itu? Untuk mengetahui
dan mengenal apakah itu Kebudayaan silah
baca artikel tentang pengertian dan definisi Budaya dan
Kebudayaan di sini . Kebudayaan
secara garis besar dapat di definisikan sebagai hasil cipta, rasa dan karsa
manusia yang dilakukan secara sadar dalam kehidupan masyarakat.
· Cipta adalah kemampuan
akal pikiran yang menghasilkan ilmupengetahuan
· Rasa adalah kemampuan indra yang
mendorong manusia unuk mengembangkan rasa keindahan yang melahirkan karya-karya
seni yang agung
· Karsa adalah kehendak manusia
terhadap adanya kesempurnaan hidup, kemuliaan dan kebahagiaan
Berdasarkan pengertian dan
definisi diatas tentang kebudayaan, maka dapat diketahui bahwa secara umum
kebudayaan memiliki 7 unsur penting yang menjadi komponen pokok pembentuk
kebudayaan, yaitu:
7
unsur kebudayaan
1. Unsur peralatan dan erlengkapan hidup, seperti:
rumah, pakaian, kendaraan, dll
2. Unsur mata pencaharian / perekonomian, seperti
pegawai, petani, buruh, dll
3. Unsur sistem kemasyarakatan, yang meliputi: hukum,
kekerabatan, perkawinan, dll
4. Unsur bahasa baik lisan maupun tulisan yang
berfungsi sebagai alat komunikasi
5. Unsur Kesenian, seperti seni tari,
seni musik , seni rupa, dll
6. unsur
ilmu pengetahuan dan teknologi
7. Unsur agama dan kepercayaan
v
Wujud Kebudayaan
Menurut J.J.
Hoenigman (dalam Koentjaraningrat, 1986), wujud kebudayaan dibedakan menjadi
tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
1. Gagasan (Wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai , norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak ; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat . Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
1. Gagasan (Wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai , norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak ; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat . Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas (tindakan) Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi , mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang ber- dasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret , terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak (karya) Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Pada kenyataannya, kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia. Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama, yaitu kebudayaan material dan kebudayaan non- material. Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci. Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
v
Orientasi Nilai Budaya
Marilah kita
menyadari, kebudayaan bukanlah kreasionisme. Kebudayaan melakukan banyak
penyimpangan dari desain besar yang ingin mengendalikannya. Sudah saatnya
menganggap selesai perdebatan tentang orientasi utama dan bentuk terakhir
kebudayaan Indonesia. Setiap orang secara potensial adalah pencipta kebudayaan.
(NIRWAN DEWANTO, Senjakala Kebudayaan, Yayasan Bentang Budaya 1996)
Dari pernyataan tersebut di atas, sesungguhnya kita sedang digugah untuk menyadari bahwa desain besar kebudayaan kita sedang dalam kondisi kritis. Sebagai contoh, kebudayaan tradisional yang agung (High Culture) telah terkalahkan oleh budaya modern (Dinamice Culture) yang didukung oleh sains dan teknologi. Kebudayaan yang mendunia (baca globalisasi) sekarang pun terbukti mengalami krisis karena telah gagal mensejahterakan masyarakat secara umum. Kebudayaan modern, meskipun telah banyak kemajuan di bidang sains dan teknologi, namun secara ekonomi hanya menguntungkan pihak tertentu saja, dalam hal ini kapitalislah yang diuntungkan sebagai produsen dan pemilik sumber kebudayaan modern yang cenderung mempengaruhi dan mengusai kebudayaan dunia.
Maka menjadi wajar kebudayaan modern melahirkan kebudayaan destrukrif misalnya berupa demonstrasi, bahkan anarkis menjadi bagian kebudayaan orang-orang yang merasa dirugikan (contoh : demo buruh dan karyawan menuntut perbaikan upah untuk memenuhi kebutuhan kesejahteraannya). Kesejahteraan buruh sangat ditentukan oleh kepemilikan kapital (kebudayaan materialisme). Maka peran pemerintah sebagai penentu kebudayaan yang seharusnya mensejahterakan rakyat menjadi bergeser sebagai penjaga keamanan, ujung-ujungnya demi capital juga pemerintah melakukan represi dan penindasan kepada rakyat yang tidak menguntungkan kebijakannya. Pemerintah menjadi agen bagi pemilik modal raksasa (baca: ekonomi sebagai panglima), misalnya dalam kasus Freeport dan masyarakat Timika yang terbelakang pendidikannya.
Pendidikan Pasar
Paradigma kebudayaan modern telah menjadikan dunia spiritual termasuk seni dan agama cukup sebagai komoditi yang perlu diperhitungkan dengan nilai harga jualnya. Pendidikan mahal menjadi keniscayaan karena kebutuhan sarana dan prasarana menjadi penting, termasuk pula teknologi pendidikan menjadi ukuran kualitas lembaga pendidikan yang mendunia. Keberhasilan transformasi ilmu guru kepada murid juga diukur dari penguasaan peralatan mengajar yang digunakan gurunya.
”Globalisaasi”, Dulu notebook bermakna buku sekarang bermakna laptop, artinya teknologi telah mampu merubah makna kata dari pemahaman konsumennya. Pemahaman konsumen ternyata mudah dibentuk oleh produsen atau bahasa lokal telah dikalahkan oleh bahasa global. Dalam konteks kebudayaan, bahasa Indonesia telah tercerabut dari akarnya dan selanjutnya image kepada guru yang tidak menguasai teknologi dianggap ketinggalan, atau mungkin diragukan kemampuan mengajarnya. Maka sekolah atau lembaga pendidikan harus mengeluarkan biaya ekstra untuk melatih guru-guru menggunakan teknologi modern.yang belum tentu bisa, karena tidak memiliki perangkat sendiri yang mahal harganya. Apalagi guru-guru “tradisi” seperti Umar Bakri (simak lagu ciptaan Iwan Fals). Mungkin lebih tepat guru-guru melagukan Song theme “Hous For Sale” By Bule.
Kebudayaan Alternatif
Namun untuk kembali ke tradisi sudah tidak mungkin lagi, kecuali mencari pijakan kebudayaan pendidikan baru yang dinamis namun tidak bergantung pada biaya tinggi. Pembelian produk teknologi yang berkembang cepat dan menuntut konsumen untuk terus mengikuti, tentu saja berat kecuali Indonesia menjadi negara produsen teknologi tinggi. Untuk ini kita tidak bisa percaya pada ramalan para ahli globalisasi. Di dalam zaman kita ini, kenyataan bukanlah hal yang mudah ditangkap. Kenyataan adalah fragmentasi dari kebudayaan yang telah terbelah-belah oleh kekuatan ekonomi (mass culture). Dalam hal ini, selera pasar menjadi penting untuk diperhitungkan lagi. Kesejahteraan guru haruslah dilihat sebanding dan sejajar dengan pendapatan selebrities.Tujuan kebudayaan tak lain untuk kemajuan dan kesejahteraan hidup manusia di mana saja dan sebagai apa saja. (Surat kepercayaan gelanggang 1960: Kami adalah pewaris sah kebudayaan dunia).
Sejuta Milyar Satuan
Kawan, peran apa yang kau berikan untuk mengisi kemerdeekaan ini?
Pernyataan puitis tersebut di atas, mempertegas bahwa posisi kebudayaan sesungguhnya berada pada diri kita masing-masing sebagai pelaku (seleksi terhadap pengaruh asing dalam lingkup “kebudayaan”). Kebudayaan saling-silang (baca kebudayaan tarik-ulur) lalu melahirkan kebudayaan post-modern yang muncul dan kemudian dianggap gagal karena merancukan keyakinan beragama bagi masyarakat (umat) penganutnya. Oleh karena itu, sebagai jawaban kita pasti bersepakat dengan Islam, misalnya ayat 136 surat Al Baqarah yang jelas menyatakan:
Katakanlah :”Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya (kami beriman) kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa dan kepada apa yang diberikan kepada para nabi dari tuhanNya. Kami tiada membeda-bedakan satu dari lainnya dari antara mereka dan kami menyerahkan diri kepada Allah”.
(NIRWAN DEWANTO, Senjakala Kebudayaan, Yayasan Bentang Budaya 1996)
Dari pernyataan tersebut di atas, sesungguhnya kita sedang digugah untuk menyadari bahwa desain besar kebudayaan kita sedang dalam kondisi kritis. Sebagai contoh, kebudayaan tradisional yang agung (High Culture) telah terkalahkan oleh budaya modern (Dinamice Culture) yang didukung oleh sains dan teknologi. Kebudayaan yang mendunia (baca globalisasi) sekarang pun terbukti mengalami krisis karena telah gagal mensejahterakan masyarakat secara umum. Kebudayaan modern, meskipun telah banyak kemajuan di bidang sains dan teknologi, namun secara ekonomi hanya menguntungkan pihak tertentu saja, dalam hal ini kapitalislah yang diuntungkan sebagai produsen dan pemilik sumber kebudayaan modern yang cenderung mempengaruhi dan mengusai kebudayaan dunia.
Maka menjadi wajar kebudayaan modern melahirkan kebudayaan destrukrif misalnya berupa demonstrasi, bahkan anarkis menjadi bagian kebudayaan orang-orang yang merasa dirugikan (contoh : demo buruh dan karyawan menuntut perbaikan upah untuk memenuhi kebutuhan kesejahteraannya). Kesejahteraan buruh sangat ditentukan oleh kepemilikan kapital (kebudayaan materialisme). Maka peran pemerintah sebagai penentu kebudayaan yang seharusnya mensejahterakan rakyat menjadi bergeser sebagai penjaga keamanan, ujung-ujungnya demi capital juga pemerintah melakukan represi dan penindasan kepada rakyat yang tidak menguntungkan kebijakannya. Pemerintah menjadi agen bagi pemilik modal raksasa (baca: ekonomi sebagai panglima), misalnya dalam kasus Freeport dan masyarakat Timika yang terbelakang pendidikannya.
Pendidikan Pasar
Paradigma kebudayaan modern telah menjadikan dunia spiritual termasuk seni dan agama cukup sebagai komoditi yang perlu diperhitungkan dengan nilai harga jualnya. Pendidikan mahal menjadi keniscayaan karena kebutuhan sarana dan prasarana menjadi penting, termasuk pula teknologi pendidikan menjadi ukuran kualitas lembaga pendidikan yang mendunia. Keberhasilan transformasi ilmu guru kepada murid juga diukur dari penguasaan peralatan mengajar yang digunakan gurunya.
”Globalisaasi”, Dulu notebook bermakna buku sekarang bermakna laptop, artinya teknologi telah mampu merubah makna kata dari pemahaman konsumennya. Pemahaman konsumen ternyata mudah dibentuk oleh produsen atau bahasa lokal telah dikalahkan oleh bahasa global. Dalam konteks kebudayaan, bahasa Indonesia telah tercerabut dari akarnya dan selanjutnya image kepada guru yang tidak menguasai teknologi dianggap ketinggalan, atau mungkin diragukan kemampuan mengajarnya. Maka sekolah atau lembaga pendidikan harus mengeluarkan biaya ekstra untuk melatih guru-guru menggunakan teknologi modern.yang belum tentu bisa, karena tidak memiliki perangkat sendiri yang mahal harganya. Apalagi guru-guru “tradisi” seperti Umar Bakri (simak lagu ciptaan Iwan Fals). Mungkin lebih tepat guru-guru melagukan Song theme “Hous For Sale” By Bule.
Kebudayaan Alternatif
Namun untuk kembali ke tradisi sudah tidak mungkin lagi, kecuali mencari pijakan kebudayaan pendidikan baru yang dinamis namun tidak bergantung pada biaya tinggi. Pembelian produk teknologi yang berkembang cepat dan menuntut konsumen untuk terus mengikuti, tentu saja berat kecuali Indonesia menjadi negara produsen teknologi tinggi. Untuk ini kita tidak bisa percaya pada ramalan para ahli globalisasi. Di dalam zaman kita ini, kenyataan bukanlah hal yang mudah ditangkap. Kenyataan adalah fragmentasi dari kebudayaan yang telah terbelah-belah oleh kekuatan ekonomi (mass culture). Dalam hal ini, selera pasar menjadi penting untuk diperhitungkan lagi. Kesejahteraan guru haruslah dilihat sebanding dan sejajar dengan pendapatan selebrities.Tujuan kebudayaan tak lain untuk kemajuan dan kesejahteraan hidup manusia di mana saja dan sebagai apa saja. (Surat kepercayaan gelanggang 1960: Kami adalah pewaris sah kebudayaan dunia).
Sejuta Milyar Satuan
Kawan, peran apa yang kau berikan untuk mengisi kemerdeekaan ini?
Pernyataan puitis tersebut di atas, mempertegas bahwa posisi kebudayaan sesungguhnya berada pada diri kita masing-masing sebagai pelaku (seleksi terhadap pengaruh asing dalam lingkup “kebudayaan”). Kebudayaan saling-silang (baca kebudayaan tarik-ulur) lalu melahirkan kebudayaan post-modern yang muncul dan kemudian dianggap gagal karena merancukan keyakinan beragama bagi masyarakat (umat) penganutnya. Oleh karena itu, sebagai jawaban kita pasti bersepakat dengan Islam, misalnya ayat 136 surat Al Baqarah yang jelas menyatakan:
Katakanlah :”Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya (kami beriman) kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa dan kepada apa yang diberikan kepada para nabi dari tuhanNya. Kami tiada membeda-bedakan satu dari lainnya dari antara mereka dan kami menyerahkan diri kepada Allah”.
v
Perubahan Kebudayaan
Perubahan dirasakan oleh hampir semua manusia
dalam masyarakat. Perubahan dalam masyarakat tersebut wajar, mengingat manusia
memiliki kebutuhan yang tidak terbatas. Kalian akan dapat melihat perubahan itu
setelah membandingkan keadaan pada beberapa waktu lalu dengan keadaan sekarang.
Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan
perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian,
sistem pengetahuan, serta religi/keyakinan.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan
budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi
kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi
perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang
lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun
demikian dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan tersebut
sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto, 1990).
Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul
dari organisasi sosial. Pendapat tersebut dikembalikan pada pengertian
masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat adalah sistem hubungan dalam arti
hubungan antar organisasi dan bukan hubungan antar sel. Kebudayaan mencakup
segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang
bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolik dan
bukan warisan karena keturunan (Davis, 1960). Apabila diambil definisi
kebudayaan menurut Taylor dalam Soekanto (1990), kebudayaan merupakan kompleks
yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat
dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka
perubahan kebudayaan dalah segala perubahan yang mencakup unsur-unsur tersebut.
Soemardjan (1982), mengemukakan bahwa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan
mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu cara
penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat
memenuhi kebutuhannya.
Kebudayaan lokal
Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi suatu kebanggaan sekaligus
tantangan untuk mempertahankan serta mewarisi kepada generasi selanjutnya.
Budaya lokal Indonesia sangat membanggakan karena memiliki keanekaragaman yang
sangat bervariasi serta memiliki keunikan tersendiri. Seiring berkembangnya
zaman, menimbulkan perubahan pola hidup masyakat yang lebih modern. Akibatnya,
masyarakat lebih memilih kebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih praktis
dibandingkan dengan budaya lokal.
Banyak faktor yang menyebabkan budaya lokal
dilupakan dimasa sekarang ini, misalnya masuknya budaya asing. Masuknya budaya
asing ke suatu negara sebenarnya merupakan hal yang wajar, asalkan budaya
tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa. Namun pada kenyataannya budaya asing
mulai mendominasi sehingga budaya lokal mulai dilupakan.
Faktor lain yang menjadi masalah adalah
kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan budaya lokal. Budaya
lokal adalah identitas bangsa. Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus
terus dijaga keaslian maupun kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh negara
lain. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan budaya asing masuk asalkan
sesuai dengan kepribadian negara karena suatu negara juga membutuhkan
input-input dari negara lain yang akan berpengaruh terhadap perkembangan di
negranya.
Dimasa sekarang ini banyak sekali budaya-budaya
kita yang mulai menghilang sedikit demi sedikit.Hal ini sangatlah berkaitan
erat dngan masuknya budaya-budaya ke dalam budaya kita.Sebagai contoh budaya
dalam tata cara berpakaian.Dulunya dalam budaya kita sangatlah mementingkan
tata cara berpakaian yang sopan dan tertutup.Akan tetapi akaibat masuknya
budaya luar mengakibatkan budaya tersebut berubah.Sekarang berpakaian yang
menbuka aurat serasa sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat erat didalam
masyarakat kita.Sebagai contoh lain jenis-jenis makanan yang kita konsumsi juga
mulai terpengaruh budaya luar.Masyarakat sekarang lebih memilih makanan-makanan
yang berasal dari luar seperti KFC,steak,burger,dan lain-lain.Masyarakat
menganggap makanan-makanan tersebut higinis,modern,dan praktis.Tanpa kita
sadari makanan-makanan tersebut juga telah menjadi menu keseharian dalam
kehidupan kita.Hal ini mengakibatkan makin langkanya berbagai jenis makanan
tradisional.Bila hai ini terus terjadi maka tak dapat dihindarkan bahwa anak
cucu kita kelak tidak tahu akan jenis-jenis makanan tradisional yang berasal
dari daerah asal mereka.
Tugas utama yang harus dibenahi adalah bagaimana
mempertahankan, melestarikan, menjaga, serta mewarisi budaya lokal dengan
sebaik-baiknya agar dapat memperkokoh budaya bangsa yang akan megharumkan nama
Indonesia. Dan juga supaya budaya asli negara kita tidak diklaim oleg negara
lain.Berikut beberapa hal yang dapat kita simak dalam rangka melestarikan
budaya.
1. Kekuatan
§ Keanekaragaman budaya
lokal yang ada di Indonesia
Indonesia memiliki keanekaragaman budaya lokal
yang dapatdijadikan sebagai ke aset yang tidak dapat disamakan dengan budaya
lokal negara lain. Budaya lokal yang dimiliki Indonesia berbeda-beda pada setiap
daerah. Tiap daerah memiliki ciri khas budayanya, seperti rumah adat, pakaian
adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Semua itu dapat
dijadikan kekuatan untuk dapat memperkokoh ketahanan budaya bangsa dimata
Internasional.
§ Kekhasan budaya
Indonesia
Kekhasan budaya lokal yang dimiliki setiap
daerah di Indonesia memliki kekuatan tersediri. Misalnya rumah adat, pakaian
adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Kekhasan budaya
lokal ini sering kali menarik pandangan negara lain. Terbukti banyaknya turis
asing yang mencoba mempelajari budaya Indonesia seperti belajar tarian khas
suat daerah atau mencari barang-barang kerajinan untuk dijadikan buah tangan.
Ini membuktikan bahwa budaya bangsa Indonesia memiliki cirri khas yang unik.
§ Kebudayaan Lokal menjadi
sumber ketahanan budaya bangsa
Kesatuan budaya lokal yang dimiliki Indonesia
merupakan budaya bangsa yang mewakili identitas negara Indonesia. Untuk itu,
budaya lokal harus tetap dijaga serta diwarisi dengan baik agar budaya bangsa
tetap kokoh.
2. Kelemahan
§ Kurangnya kesadaran
masyarakat
Kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya lokal
sekarang ini masih terbilang minim. Masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih
praktis dan sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini bukan berarti budaya
lokal tidak sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi banyak budaya asing yang
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Budaya lokal juga dapat di sesuaikan
dengan perkembangan zaman, asalkan masih tidak meningalkan cirri khas dari
budaya tersebut.
§ Minimnya komunikasi
budaya
Kemampuan untuk berkomunikasi sangat penting
agar tidak terjadi salah pahaman tentang budaya yang dianut. Minimnya
komunikasi budaya ini sering menimbulkan perselisihan antarsuku yang akan
berdampak turunnya ketahanan budaya bangsa.
§ Kurangnya pembelajaran
budaya
Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan
sejak dini. Namun sekarang ini banyak yang sudah tidak menganggap penting
mempelajari budaya lokal. Padahal melalui pembelajaran budaya, kita dapat
mengetahui pentingnya budaya lokal dalam membangun budaya bangsa serta bagaiman
cara mengadaptasi budaya lokal di tengan perkembangan zaman.
3. Peluang
§ Indonesia dipandang
dunia Internasional karena kekuatan budayanya
Apabila budaya lokal dapat di jaga dengan baik,
Indonesia akan di pandang sebagai negara yang dapat mempertahankan identitasnya
di mata Internasioanal.
§ Kuatnya budaya bangsa,
memperkokoh rasa persatuan
Usaha masyarakat dalam mempertahankan budaya
lokal agar dapat memperkokoh budaya bangsa, juga dapat memperkokoh persatuan.
Karena adanya saling menghormati antara budaya lokal sehingga dapat bersatu
menjadi budaya bangsa yang kokoh.
§ Kemajuan pariwisata
Budaya lokal Indonesia sering kali menarik
perhatian para turis mancanegara. Ini dapat dijadikan objek wisata yang akan
menghasilkan devisa bagi negara. Akan tetapi hal ini juga harus diwaspadai
karena banyaknya aksi pembajakan budaya yang mungkin terjadi.
§ Multikuturalisme
Dalam artikelnya, Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Lancang Kuning, Riau, Dr Junaidi SS MHum, mengatakan bahwa
multikulturalisme meberikan peluang bagi kebangkitan etnik dan kudaya lokal
Indonesia. Dua pilar yang mendukung pemahaman ini adalah pendidikan budaya dan komunikasi
antar budaya.
4. Tantangan
§ Perubahan lingkungan
alam dan fisik
Perubahan lingkungan alam dan fisik menjadi
tantangan tersendiri bagi suatu negara untuk mempertahankan budaya lokalnya.
Karena seiring perubahan lingkungan alam dan fisik, pola piker serta pola hidup
masyakrkat juga ikt berubah
§ Kemajuan Teknologi
Meskipun dipandang banyak memberikan banyak
manfaat, kemajuan teknologi ternyata menjadi salah satu factor yang menyebabkan
ditinggalkannya budaya lokal. Misalnya, sistem sasi (sistem asli masyarakat
dalam mengelola sumber daya kelautan/daratan) dikawasan Maluku dan Irian Jaya.
Sistem sasi mengatur tata cara sertamusim penangkapan iakn di wilayah adatnya,
namun hal ini mulai tidak di lupakan oleh masyarakatnya.
§ Masuknya Budaya Asing
Masuknya budaya asing menjadi tantangan
tersendiri agar budaya lokal tetap terjaga. Dalam hal ini, peran budaya lokal
diperlukan sebagai penyeimbang di tengah perkembangan zaman.
Perubahan budaya dan
arus globalisasi mengakibatkan beberapa budaya tersingkirkan
Perubahan budaya yang terjadi di dalam
masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi
masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju
pluralisme nilai dan norma social merupakan salh satu dampak dari adanya
globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara
mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan
batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah
kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia
secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan
yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang
ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari
negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun
televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap
melalui parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia.
Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui kaset, vcd,
dan dvd yang berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya di
tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa
negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam
globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti
itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal
kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional
yang perlu dijaga kelestariannya.
Di saat yang lain dengan teknologi informasi
yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif
tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik
jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat
bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal
dari berbagai belahan bumi. Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin
tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia
yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja
bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun
istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian.
Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses
industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka
kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial.
Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya.
Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu
saja. Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara
kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi. Pesatnya
laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi
budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam
bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati
berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan
mereka. Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat
di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada
pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu
bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan
moral, dan merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik,
menurut saya. Contoh lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun
1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami “mati suri”.
Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian
tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami
oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian
tradisional di berbagai tempat di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti
semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi.
Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang
tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang
mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang
telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional
“Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat. Kenyataan di
atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar tersendiri,
terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak
panggung. Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk
kesenian tradisional yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan
zaman. Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu
beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang
kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati
masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara
langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun lalu
menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai bukti akan besarnya
minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan
Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal
seperti wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa
bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau satu bulan
sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.
v Kaitan Manusia Dan
Kebudayaan
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang
sangat erat terkait satu sama lain. Manusia di alam dunia ini mememgang peran
yang unik, dan dapat di pandang dari berbagai segi. Dalam ilmu sosial manusia
merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan
setiap kegiatan sering disebuthomo economicus (ilmu ekonomi). Manusia merupakan
makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri (sosialofi), makhluk yang
selalu ingin memiliki kekuasaan (politik), makhluk yang berbudaya dan lain
sebagainya.
Contoh hubungan manusia dengan kebudayaan
1.
Secara sederhana
hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai perilaku
kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia, tetapi
apakah sederhana itu hubungan keduannya? Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan
dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduannya berbeda tetapi
keduannya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah
kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai
dengannya. Tampak bahwa keduannya akhirnnya merupakan satu kesatuan. Contoh
sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan anatara manusia dengan
peraturan – peraturan kemasyarakatnya. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat
oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka yang membuatnya harus patuh
kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu
merupkan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam
satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauaan manusia yang
membuatnya. Apabila anusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaaan manusia,
dia akan menjadi terasing atau telinasi.
2.
Manusia dan kebudayaan
atau manusia dan masyarakat oleh karna itu memiliki hubungan keterkaitan yang
erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak bisa lagi membedakan
mana yang lebih awal muncul manusi atau kebudayaan. Analisa terhadap
keberadaan keduannya harus menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar analisis
dapat dilakukan dengan lebih cermat.
v
Referensi
(sumber : Buku MKDU Ilmu Budaya
Dasar Oleh : Widyo Nugroho, Achmad Muchji penerbit gunadarma)
aliseptiansyah.wordpress.com/2013/01/24/manusia-dan-kebudayaan/
www.goodreads.com/.../7320004-manusia-dan-kebudayaan-di-indonesia
hadinugroho6939.wordpress.com/2012/.../manusia-dan-kebudayaan/
apid.staff.gunadarma.ac.id/.../bab2-manusia_dan_kebudayaan.pdf